NASI BERKAT
Karya : Hj. Endah Ekowati, S.Pd
Sepulang kondangan suami membawa dua nasi kotak , ngak tahu
kenapa saya merasa senang melihatnya dan segera menyambutnya dengan senyum
serta membawa dua nasi kotak kedalam rumah.
“Ma itu nasi kotak untuk kamu semua, aku mau makan masakanmu
aja.” Kata suamiku
“Oke.” Jawabku singkat sambil pergi kedapur mengambil masakan
yang telah matang kusiapkan.
“Saya masak lodeh tahu teri pa.” kataku memberi tahu
“Oke ngak papa, nasi lembek khan?” tanya suami
“Iya ini seperti lontong.” Kataku
Kita makan di tikar depan TV walaupun televisi hidup tapi
kita konsentrasi dengan makanan kita masing-masing. Entah kenapa aku merasakan
nikmat jika makan makanan hasil kondangan karena lahapnya aku makan suami
tersenyum senyum aja.
“Kenapa pa? tersenyum senyum sendiri.” Kataku menegur
“Ora popo Cuma ingat kamu nangis gara-gara nasi berkat dulu
waktu hamil pertama.” Ingat suamiku
Saya jadi ingat masa lalu saya waktu hamil pertama, waktu
itu aku nyidam makanan berkat begini ceritanya.
Bapak saya ( Almarhum) malam itu berangkat kondangan acara
tasyakuran pengantin di tetangga sebelah. Acara mebaca surat Yasin ,entah
kenapa saya menunggu bapak pulang sampai jam 21.00 WIB tiba-tiba bapak pulang
hanya membawa buku yasin dan tidak membawa buah tangan berupa nasi berkat saya
sangat kecewa maka saya tiba-tiba menangis. Bapak bingung sambil berkata
“Kenapa En kok menangis ?”
“Kenapa bapak tidak bawa makanan dari yasinan? , aku sudah
menunggu untuk makan makanan berkat itu.” Sambil terus menangis seperti anak
kecil.
“Oh ala tadi hanya diberi makan Rawon En, makan disana dan
diberi kue.” Jawab bapak
Terdengar rebut rebut ibuku(Almarhuma) datang “Ada apa pak?” tanya ibuku kepada
bapak.
“Ini ternyata een menunggu nasi berkat aku kondangan, tapi
ngak ada terus nangis.” Jawab bapak
Tanpa menjawab ibu langsung pergi ke tetangga memintakan
Nasi Rawon untuk saya, untung tetangga yang punya hajat Cuma selisih tiga
rumah. Setelah sekitar 10 menit ibu
datang membawa Rawon satu rantang dan satu piring nasi yang sama dengan
adonannya dengan yang diberikan pada para undangan di acara Yasinan itu.
“Ini en, makan nasi rawonnya masih hangat dan sama dengan
yang diberikan ke bapak tadi.” Kata ibu
“Alhamdulilah, makasih bu,”kataku sambil mencium pipi ibuku
Dengan mengusap air mata tersisa aku mengambil piring dari
tangan Ibu terus makan saat itu juga dengan lahap.
“Oh begitu ya kalua orang sedang nyidam, apapun harus
dituruti.” Kata bapak ke ibu
Ibu diam aja, mereka berdua melihat aku makan dengan lahap merasa
senang dan bersyukur.
Kalau kita telusuri memang “ makan berkat” memang membawa berkah
dan nikmat yang besar karena sebelumnya di bacain doa-doa dan harapan harapan
untuk yang sedang berhajat maupun yang hadir.
Begitulah ceritanya kenapa saya sangat menyenangi makanan
hasil kondangan.
Ada verita tersendiri yang membuat kita ingat pada anak-anak
kami yang sekarang sudah berkeluarga semua.