Jumat, 05 Februari 2021

PUPUSNYA SEBUAH HARAPAN

 

                                          

Taliwang, 7 Februari 2021

PUPUSNYA  SEBUAH  HARAPAN

Karya: Hj. Endah Ekowati, S.Pd


Dalam sebuah perjalanan hidup semua orang tua mempunyai cita-cita yang tinggi untuk kesuksesan anak-anaknya. Apapnu akan dilakukan oleh Orang tua untuk Pendidikan anak-anaknya ibarat harus menjual apa yang mereka punya untuk kebahagiaan dan cita-cita tinggi anaknya.

Randa adalah seorang pegawai negeri di suatu desa walaupun dia hanya seorang pesuruh sekolah tapi dia memiliki dedikasi kasih tingggi. Punya Orientasi tinggi terhadap Pendidikan 2 putrinya yang sedang beranjak dewasa SMA dan SMP di desa tersebut. Suatu hari pak Randa dipanggil menghadap ke sekolah anaknya yang SMA untuk menerima Raport Tengah semester.

“Pak Randa, anak bapak yang bernama Putri ini sebenarnya pintar, rajin dan mempunyai kesempatan untuk menjadi peringkat di kelas.” Kata bu guru wali kelas.

“Alhamdulilah,semoga cita-citanya berhasil. Amiin” jawab pak Randa

“Tapi, maaf bapak saya harus mengatakan sesuatu yang kurang enak tentang anak bapak.” Ucap wali kelas putri

Pak Randa kaget, dan mukanya mulai melemas berharap tidak ada yang kurang atau membuat dia naik pitam.

“Begini pak Randa, Putri ini agak bebas pergaulannya. Mohon di jaga jangan sampai  dia terlibat perbuatan Asusila dengan teman laki-lakinya.” Lanjut wali kelasnya.

“Saya melihat sering jalan dengan cowoknya di luar sekolah.Saya hanya memberitahukan agar bapak berhati-hati dan menasehati putri. Sayang kalua terjadi kecelakaan di kelas 3 SMP ini.” Lanjut Wali Kelasnya

“Masak Ibu ? , terperanjat ngak percaya.” Pak Randa mempertanyakan

“Setahu saya anak saya selalu berbuat baik, sholatnya rajin dan tepat waktu juga mengaji.” Jawab pak Randa

“Saya akan jaga Ibu, saya ingin anak saya menjadi dokter atau Apoteker. Saya akan kuliahkan ke kedokteran Yogjakarta atau Fakultas Farmasi di Yogjakarta.” Lanjut pak Randa membela anaknya.

“Alhamdulilah, bapak. Salut saya dengan bapak. Ujar wali kelas Putri

“Amin, mohon doanya ngih.” kata pak Randa

Setelah menerima Raport pak Randa langsung pulang.

Di rumah sore hari mereka berempat berkumpul sambil makan diatas meja makan pak Randa mengajak mereka berdiskusi dengan menanamkan nilai-nilai etika dan pandangan masayarakat tentang pacarana yang diluar batas. Sama sekali dia tidak menuduh anaknya Putri seperti yang dikatakan oleh Wali kelas. Pak randa hanya berpesan diakhir diskusinya pada dua anak perempuannya.

“Memang bapak hanya pesuruh sekolah di SMP desa ini tetapi bapak pingin kalian sukses dan mencapai gelar sesuai cita-cita kalian. Bapak akan usahakan biayanya ngak usah kamu kawatir.” Ujar pak Randa lirih tetap tersenyum

“Bapak tidak minta apa-apa dari kalian, hanya satu pesan bapak. Jaga diri baik-baik !.” ucap pak Randa sambil meneguk kopi yang tersedia di meja makan

“Bagaimana malunya kalua dua anak bapak ini melakukan hal yang tidak senonoh, misal hamil duluan ? akan ditaruh mana muka bapak ini ? Coba kalian piker sebelum kalian melakukan hal-hal yang tidak layak dilakukan sebelum menjadi suami istri.” Pesan pak Randa di akhir nasehat.

“Kalian mengerti ?.” tekan pak Randa kepada kedua anaknya tersebut.

“Mengerti bapak, saya berjanji.” Kata putri anak pertamanya

“Iya bapak saya mengerti, semoga saya selalu taat beribadah terutama sholat lma waktu.” Kata fitri anak keduanya.

Pak Randa akhirnya meninggalkan meja makan dan beranjak sholat Isya. Di dalam sholatnya pak Randa selalu mendoakan kedua anak gadisnya agar menjadi nak yang sukses dan tercapai cita-citanya. Aamiin

Akhir dari tahun pelajaran terbukti bahwa Putri memang anak yang cerdas dan pintar dia mendapat peringkat  tiga di SMAN desa tersebut. Dan saat Wisuda pak Hendra maju di podium untuk menemani putri menerima hadiah dan penghargaan. Bangga ada di dadanya dan ucapan syukur terlontar di mulut lirih mungkin hanya dia yang mendengar,

“Makasih ya Roob, semoga sukses selalu menemani anakku Putri.”

Setelah Wisuda , Siswa-siswi SMA mulai sibuk mencari tempat kulai yang tepat dan peminatnya sedikit agar diterima di perguruan tinggi negeri atau swasta.

Demikian pla dengan putri putra pak Randa, dia memiliki fakultas kedokteran dan Fakultas Farmasi di Yogjakarta. Semoga salah satu diterima dia ikut 2 jalur yaitu jalur undangan dan jalur test.

Bulan Agustus pengumuman dan Putri keterima di Fakultas Farmasi di UGM Yogjakarta.

Pak Randa sangat senang dan bangga terhadap putrinya yang membawa nama baik sekolah dan nama Orangtuanya. Walaupun dengan itu pak randa harus menjual motornya untuk biaya anaknya kuliah di Yogjakarta. Di desa sudah tersebar anak pak randa diterima di UGM.

Satu keluarga berangkat ke Yogjakarta untuk mencarikan kost dan tempat yang nyaman agar dapat belajar dengan tenang dan lulus dengan nilai yang bagus IP.

Setahun berlalu sudah putri sudah menunjukkan prestasinya di semester satu dan semester dua. Tapi karena masa Pandemi ini maka kuliahpun menggunakan PJJ dari rumah.

Hal inilah yang membuat kesempatan bertemu dengan teman cowok saat SMA berkelanjutan lagi. Mereka sering keluar berdua dan pergi ke kota menginap. Pak Randa dan istrinya selalu positif tinking dengan anak-anaknya sehingga tidak terbesitpun prasangka dan praduga macam-macam tentang anaknya.
Pak randa seperti biasa melakukan rutinitas sebagai pesuruh sekolah menyapu, membat kopi, merokok, membuang sampah, membakar dan lain lain.

Masa pandemic yang berkelanjutan ini telah membuat malapetaka yang tak pernah di bayangkan dalam keluarga pak Randa .

“Ibu, maafkan putri hamil. Sudah enam bulan saya tidak menstruasi.” Kata putri pada ibu.

Ibunya langsung kaget saat dia menyiapkan menggoreng pisang goreng untuk jualan di depan rumahnya pagi itu.

“Apa? Coba ulangi lagi.”kata ibunya

“Iya ibu, saya hamil sudah enam bulan saya tidak menstruasi.” ulang Putri

Ibu Randa dan Putri menangis mereka saling berpelukan seakan tak percaya anaknya akan berbuat senekad itu dan baru berani mengatakan setelah enam bulan berlangsung.

Mendengar orang menangis pak Randa mengampir di dapur. “Ada apa ini pada menangis ?.” katanya sambil tersenyum melihat anak dan ibunya saling berpelukan

“Tidak ada apa-apa, pak.” kata istrinya

“Ngak ada apa-apa kok,kalian menangis.” Ucap pak Randa curiga

Tangis mereka tambah kencang dan taka da yang berani mereka berdua berkata. Pak randa hanya mampu terdiam melihat mereka berdua.

Tanpa sengaja pak Randa melihat perubahan pada tubuh anaknya. Biasanya anak ini kurus kecil dan perutnya kempis tetapi saat ini kelihatan dia gemuk di bagian perut dan payudaranya.

Pak Randa mencoba tetap ngak berani menduga dan menuduh putri Hamil.

Pak Randa langsung memegang tangan anaknya putri meraba perut putri,

“Kamu hamil putri?.” tanya pak Randa

“Iya bapak, maafkan saya.” kata putri

Pak Randa langsung terlulai lemas dan tidak banyak bicara tiba-tiba di jatuh lemas dan pingsan.

“Tolong-tolong, pak Randa Pingsan.” kata istrinya

Para tetangga depan rumah mengangkat pak Randa di Kasur dan diusap dengan minyak kayu putih.

Mulailah dia tersadar dan menangis meraung raung seperti kucing kehilangan induknya.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NASI BERKAT

                                              Taliwang, 28  Februari 2021 NASI BERKAT Karya : Hj. Endah Ekowati, S.Pd                   ...