Taliwang, 7 Februari 2021
PUPUSNYA SEBUAH HARAPAN
Karya: Hj. Endah Ekowati, S.Pd
Dalam sebuah perjalanan hidup
semua orang tua mempunyai cita-cita yang tinggi untuk kesuksesan anak-anaknya.
Apapnu akan dilakukan oleh Orang tua untuk Pendidikan anak-anaknya ibarat harus
menjual apa yang mereka punya untuk kebahagiaan dan cita-cita tinggi anaknya.
Randa adalah seorang pegawai
negeri di suatu desa walaupun dia hanya seorang pesuruh sekolah tapi dia
memiliki dedikasi kasih tingggi. Punya Orientasi tinggi terhadap Pendidikan 2
putrinya yang sedang beranjak dewasa SMA dan SMP di desa tersebut. Suatu hari
pak Randa dipanggil menghadap ke sekolah anaknya yang SMA untuk menerima Raport
Tengah semester.
“Pak Randa, anak bapak yang bernama Putri ini sebenarnya
pintar, rajin dan mempunyai kesempatan untuk menjadi peringkat di kelas.” Kata
bu guru wali kelas.
“Alhamdulilah,semoga cita-citanya berhasil. Amiin” jawab pak
Randa
“Tapi, maaf bapak saya harus mengatakan sesuatu yang kurang
enak tentang anak bapak.” Ucap wali kelas putri
Pak Randa kaget, dan mukanya mulai melemas berharap tidak
ada yang kurang atau membuat dia naik pitam.
“Begini pak Randa, Putri ini agak bebas pergaulannya. Mohon
di jaga jangan sampai dia terlibat
perbuatan Asusila dengan teman laki-lakinya.” Lanjut wali kelasnya.
“Saya melihat sering jalan dengan cowoknya di luar
sekolah.Saya hanya memberitahukan agar bapak berhati-hati dan menasehati putri.
Sayang kalua terjadi kecelakaan di kelas 3 SMP ini.” Lanjut Wali Kelasnya
“Masak Ibu ? , terperanjat ngak percaya.” Pak Randa
mempertanyakan
“Setahu saya anak saya selalu berbuat baik, sholatnya rajin
dan tepat waktu juga mengaji.” Jawab pak Randa
“Saya akan jaga Ibu, saya ingin anak saya menjadi dokter
atau Apoteker. Saya akan kuliahkan ke kedokteran Yogjakarta atau Fakultas
Farmasi di Yogjakarta.” Lanjut pak Randa membela anaknya.
“Alhamdulilah, bapak. Salut saya dengan bapak. Ujar wali
kelas Putri
“Amin, mohon doanya ngih.” kata pak Randa
Setelah menerima Raport pak Randa langsung pulang.
Di rumah sore hari mereka berempat berkumpul sambil makan
diatas meja makan pak Randa mengajak mereka berdiskusi dengan menanamkan
nilai-nilai etika dan pandangan masayarakat tentang pacarana yang diluar batas.
Sama sekali dia tidak menuduh anaknya Putri seperti yang dikatakan oleh Wali
kelas. Pak randa hanya berpesan diakhir diskusinya pada dua anak perempuannya.
“Memang bapak hanya pesuruh sekolah di SMP desa ini tetapi
bapak pingin kalian sukses dan mencapai gelar sesuai cita-cita kalian. Bapak
akan usahakan biayanya ngak usah kamu kawatir.” Ujar pak Randa lirih tetap
tersenyum
“Bapak tidak minta apa-apa dari kalian, hanya satu pesan
bapak. Jaga diri baik-baik !.” ucap pak Randa sambil meneguk kopi yang tersedia
di meja makan
“Bagaimana malunya kalua dua anak bapak ini melakukan hal
yang tidak senonoh, misal hamil duluan ? akan ditaruh mana muka bapak ini ?
Coba kalian piker sebelum kalian melakukan hal-hal yang tidak layak dilakukan
sebelum menjadi suami istri.” Pesan pak Randa di akhir nasehat.
“Kalian mengerti ?.” tekan pak Randa kepada kedua anaknya
tersebut.
“Mengerti bapak, saya berjanji.” Kata putri anak pertamanya
“Iya bapak saya mengerti, semoga saya selalu taat beribadah
terutama sholat lma waktu.” Kata fitri anak keduanya.
Pak Randa akhirnya meninggalkan meja makan dan beranjak
sholat Isya. Di dalam sholatnya pak Randa selalu mendoakan kedua anak gadisnya
agar menjadi nak yang sukses dan tercapai cita-citanya. Aamiin
Akhir dari tahun pelajaran terbukti bahwa Putri memang anak
yang cerdas dan pintar dia mendapat peringkat
tiga di SMAN desa tersebut. Dan saat Wisuda pak Hendra maju di podium
untuk menemani putri menerima hadiah dan penghargaan. Bangga ada di dadanya dan
ucapan syukur terlontar di mulut lirih mungkin hanya dia yang mendengar,
“Makasih ya Roob, semoga sukses selalu menemani anakku Putri.”
Setelah Wisuda , Siswa-siswi SMA mulai sibuk mencari tempat
kulai yang tepat dan peminatnya sedikit agar diterima di perguruan tinggi
negeri atau swasta.
Demikian pla dengan putri putra pak Randa, dia memiliki
fakultas kedokteran dan Fakultas Farmasi di Yogjakarta. Semoga salah satu
diterima dia ikut 2 jalur yaitu jalur undangan dan jalur test.
Bulan Agustus pengumuman dan Putri keterima di Fakultas
Farmasi di UGM Yogjakarta.
Pak Randa sangat senang dan bangga terhadap putrinya yang
membawa nama baik sekolah dan nama Orangtuanya. Walaupun dengan itu pak randa
harus menjual motornya untuk biaya anaknya kuliah di Yogjakarta. Di desa sudah
tersebar anak pak randa diterima di UGM.
Satu keluarga berangkat ke
Yogjakarta untuk mencarikan kost dan tempat yang nyaman agar dapat belajar
dengan tenang dan lulus dengan nilai yang bagus IP.
Setahun berlalu sudah putri sudah menunjukkan prestasinya di
semester satu dan semester dua. Tapi karena masa Pandemi ini maka kuliahpun
menggunakan PJJ dari rumah.
Masa pandemic yang berkelanjutan ini telah membuat
malapetaka yang tak pernah di bayangkan dalam keluarga pak Randa .
“Ibu, maafkan putri hamil. Sudah enam bulan saya tidak
menstruasi.” Kata putri pada ibu.
Ibunya langsung kaget saat dia menyiapkan menggoreng pisang
goreng untuk jualan di depan rumahnya pagi itu.
“Apa? Coba ulangi lagi.”kata ibunya
“Iya ibu, saya hamil sudah enam bulan saya tidak
menstruasi.” ulang Putri
Ibu Randa dan Putri menangis mereka saling berpelukan seakan
tak percaya anaknya akan berbuat senekad itu dan baru berani mengatakan setelah
enam bulan berlangsung.
Mendengar orang menangis pak Randa mengampir di dapur. “Ada
apa ini pada menangis ?.” katanya sambil tersenyum melihat anak dan ibunya
saling berpelukan
“Tidak ada apa-apa, pak.” kata istrinya
“Ngak ada apa-apa kok,kalian menangis.” Ucap pak Randa curiga
Tangis mereka tambah kencang dan taka da yang berani mereka
berdua berkata. Pak randa hanya mampu terdiam melihat mereka berdua.
Tanpa sengaja pak Randa melihat perubahan pada tubuh
anaknya. Biasanya anak ini kurus kecil dan perutnya kempis tetapi saat ini
kelihatan dia gemuk di bagian perut dan payudaranya.
Pak Randa mencoba tetap ngak berani menduga dan menuduh
putri Hamil.
Pak Randa langsung memegang tangan anaknya putri meraba
perut putri,
“Kamu hamil putri?.” tanya pak Randa
“Iya bapak, maafkan saya.” kata putri
Pak Randa langsung terlulai lemas dan tidak banyak bicara
tiba-tiba di jatuh lemas dan pingsan.
“Tolong-tolong, pak Randa Pingsan.” kata istrinya
Para tetangga depan rumah mengangkat pak Randa di Kasur dan
diusap dengan minyak kayu putih.
Mulailah dia tersadar dan menangis meraung raung seperti
kucing kehilangan induknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar