Taliwang , 9 Februari 2021
RESIKO SEBUAH PILIHAN
Karya : Hj. Endah Ekowati, S,Pd
Atin adalah seorang anak yang Cantik, supel, dermawan
dan suka menulis. Dia baru menikah dengan anaknya seorang kaya di sebuah desa
terpencil. Ibarat kekayaannya 7 keturunan tidak akan habis.
Suatu hari Kakak Atin merasa sangat jenuh dan bingung
mau ngapain di rumah saja tanpa teman. Maklum karens biasa bekerja dan pegang
uang sendiri tiba-tiba harus dihentikan karena suami melarangnya bekerja. Dia
berusaha untuk selalu bahagia apapun yang akan terjadi nanti. Dia melihat
banyak anak-anak perempuan seumur SMP pada putus sekolah, lalu dia berusaha
mendatangi rumah mereka dan mengajak mereka bermain di rumahnya untuk diajak
membuat kerajinan tangan dari bekas bungkus apel,jeruk yang sudah tidak
dipakai.
"Ani, Oni , Uni, Eni kita akan membuat prakarya
semoga nanti bisa kalian jual dipasar." kata Atin
"Terima kasih kak Atin." Jawab mereka
"Pertama kita buat bunga padi, caranya kita
pasang dulu duble tip setelah kita gunting-2." kata Atin seraya menbagikan
bahan- bahan untuk praktik kepada keempat anak tersrbut. Mereka langsung
membuat dan alhamdulilah mereka bahagis mengerjakannya. Dan Hasiljya dalam
waktu 2 jam yaitu pukul 9-11 telah terbuat 50 bunga padi. Akhirnya mereka punya
kesepakatan setiap hari pukul 9 Mereka akan membuat prakarya yang bisa memenuhi
kehutuhan mereka.
"Assalamualaikum." suami Atin pulang kerja
tepat pukul 4 sore.
"Walaikum salam." Jawab Atin sambil mencium
tangan susminya dan suaminya mencium kening istrinya.
"Maaf ya kakak ngak bisa pulang cepat,masak apa
hari ini ?." suami Atin minta maaf dan bertanys.
"Saya masak kesukaan kakak, Raeon, telur asin dan
ada sedikit rendang." Ucap Atin sambil tangannya merapikan jilbabx.
"Kakak mandi dulu deh, lalu kita makan sore
ngih." ujar Atin mengatur suaminya.
"Oke oke istriku sayang." sambil mencium
pipi istrinya. Atin sedikit merajuk
"Hiii kakak ini." sambil terus tangannya
menyerahksn handuk dan piyama.
Sambil menunggu suaminya selesai mandi, atin
menyiapkan meja makan dengan semua lauk pauk yang telah dia siapkan siang hari
tadi.
Setelah selesai dia kemudian membuatkan secangkir kopi
untuk suaminya.
“Alhamdulilah, banyak sekali yang dihidangkan ini dik.” Sambil sedikit
protes
“Kita khan Cuma berdua.”lanjut suaminya menegur
istrinya.
“Ya Cuma ini kak yang saya masak.” Jawab Atin kepada
suaminya.
“Yuk Kita makan, ajak suaminya.” Sambil ambil posisi
duduk disamping istrinya.
Atin langsung menaruh nasi dan lauk yang diinginkan
suaminya seperti biasa. Lalu dia menyiapkan untuk dirinya. Tanpa banyak bicara mereka makan dengan
lahapnya dan mereka menyelesaikan dengan cepat dan rapi. Setelah makan mereka
biasanya menonton Televisi di ruang keluarga, sambil menkmati secangkir kopi
mereka bercengkrama.
“Kak lihat bunga di meja ini, itu hasil pekerjaan anak
kampung yang saya ajak belajar.”ucap Atin membuka pembicaraan.
“Bagus, bagus, dik Atin yang mengajari buat
ini?.”seraya tak percaya istrinya sekreatif itu.
“Lumayan kak untuk kegitan pagi,aku punya ide kak
boleh?” tanya Atin pada suaminya.
“Begini di belakang khan ruangan kosong, aku akan
bersihkan untuk dibuat sanggar “Kreatif dan Inovasi”.ucap Atin memamarkan
idenya.
“Saya sih ngak masalah silahkan dik Atin aja,
bagaimana baiknya.” Ucap suaminya
“Pesan saya jangan terlalu capek, dan jangan menjadi
suatu beban.” Pesan suaminya
“Ok Kakakku sayang.”seraya mencium pipi suaminya.
Ditariknya Atin kedalam ke pelukannya mereka
bermanja-manja dan tak lama mereka beanjak ke kamar tidur , mereka melanjutkan
di kamar tidur mereka.
Setelah berkisar satu jam Maghrib memanggil mereka
mandi dansholat berjamaah di mushola yang berada di sebelah ruang Keluarga.
Setelah sholat Atin melanjutkan pembicaraan tentang
idenya untuk membuat sanggarnya nanti produktif dan bisa membantu perekonomian
anak-anak putus sekolah dikampung.
Suami Atin Bahagia, istrinya memiliki jiwa social yang
tinggi dalam hati dan pikirannya dia bertanya
“Apa yang dapat saya lakukan untuk ide cemerlang
istriku ini.” gumam suami Atin
“Bagaimana kalua kakak buatkan market penjualannya dik
Atin ?.” tanya suaminya
“Ngak usah kak nanti biar saya dan anak-anak kapung
yang mengerjakannya. Kakak focus pada kerjaan kantor aja.” Tolak Atin halus
Dalam hati atin berjanji tidak akan merepotkan
suaminya. Dia berusaha melakukan sendiri mulai dari perencanaan, promosi, produksi
sampai marketing dan savingnya.
Keesokkan harinya suami Atin berangkat pukul 08.00
setelah sarapan, baca koran dan minum segelas Teh yang sudah disiapkan oleh
Atin dari pagi,
“Berangkat dulu ya sayang, hati-hati di rumah. Kalau
ada apa-apa telepon kakak.” Pesan suami Atin sambil mencium kening istrinya
“Siap kakakku sayang, Hati-hati dijalan ngih.I love
you.” Bisiknya dalam pelukan suaminya
Mobil melaju dari garasi dengan santainya seolah tak
tega meninggalkan istrinya sendiri di rumah dibukanya jendela mobil. Melihat
istrinya yang cantik sendiri lagi , Atin melambaikan tangan dan dan tersenyum
melepas Kepergian suaminya.
Tepat pukul
embilan pagi Atin berkumpul di ruangan depan mereka membersihkan Bersama
dengan 4 anak kampung untuk dijadikan sanggar Kreatif dan Inovatif
Mereka bekerja dengan sungguh-sungguh akhirnya tempat
bersih etalase untuk menarh hasil karya merekapun telah ada dan telah
dibersihkan, mereka mulai mengerjakan prakarya melanjitkan membuat bunga padi
sebanyak-banyaknya. Dan Atin tak lupa menyiapkan minuman dan kue untuk mereka
makan
“Kak Atin, kenapa berhenti bekerja ? bukannya akan
Atin Sarjana ?.” tanya Oni pada Kak Atin
“Iya kakak kenapa berhenti ?, bukannya lebih enak
kerja kantoran.”timpal Uni
“Orang tua kakak tidak marah ?, kakak berhenti kerja
?.” tanya Oni
“Bukannya Enak pegang uang sendiri kak ?, bisa
bergurau dengan teman kantor ?.” tanya Eni
Ani, Oni , Uni, Eni sebenarnya menyayangkan keputusan
kak Atin berhenti bekerja setelah menikah. Ijazah Sarjana yang dia raih dengan
kerja keras dan biaya yang tidak sedikit dikeluarkan oleh Orang tuanya, terasa
sia-sia menurut pandangan mereka berempat.
Atin yang dberondong pertanyaan mereka berempat hanya
tersenyum dan mencoba meredam kemarahan mereka berempat atas keputusan berhenti
bekerja.
“Begini adik-adikku semua, kadang kita sebagai manusia
harus mempunyai cita-cita yang tinggi dan menyelesaikan study setinggi mungkin
sampai ke negeri China.” Kata Atin
“Tapi jika kita sudah menikah dan bersuami maka apa
kata suami adalah Surga baik kita kaum perempuan,saya memilih untuk tidak
bekerja kantoran karena suami telah mencukupi kebutuhan saya. Dan tugas saya
melayani suami baik lahir dan batin.” Jelas Atin
“Saya lebih memilih Surga didepan kita dengan mengabdi
untuk suami dan beribadah sesuai perintah Illahi.” Lanjut Atin memberi
penjelasan.
“Memang sebuah pilihan yang sangat berat bagi saya,
tapi itulah sebuah pilihan yang harus saya ambil.” Sambil menelan ludah Atin
melanjutkan
“Ada rasa sepi saat kita sendirian di rumah tanpa teman,
dimana saat lalu banyal teman dan kolega di depan meja kerja saya, saya tidak
menyesal dengan pilihan saya.” Itu akhir penjelasan Atin
“Semoga kalian paham ya, ini kita lagi berkantor di
Sanggar Kreatif dan Inovatif” ucap Atin memberi semangat mereka berempat.
Mereka akhirnya menyadari bahwa sebuah pilihan ada
resiko dan dampak dimana kita harus menciptakan dampak tersebut menjadi hal
yang positif dan bermanfaat bagi Orang lain.
Akhirnya mereka berpisah karena waktu telah menunjukan
pukul 11 siang.
“Terima kasih sharingnya, kak Atin.” Serasa pamitan
keluar dari rumah kak Atin
“Sama-sama.” Jawab kak Atin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar