Jumat, 05 Februari 2021

RESIKO SEBUAH PILIHAN


                                          

Taliwang , 9 Februari 2021 


RESIKO SEBUAH PILIHAN 

Karya : Hj. Endah Ekowati, S,Pd 


        Atin adalah seorang anak yang Cantik, supel, dermawan dan suka menulis. Dia baru menikah dengan anaknya seorang kaya di sebuah desa terpencil. Ibarat kekayaannya 7 keturunan tidak akan habis.

           Suatu hari Kakak Atin merasa sangat jenuh dan bingung mau ngapain di rumah saja tanpa teman. Maklum karens biasa bekerja dan pegang uang sendiri tiba-tiba harus dihentikan karena suami melarangnya bekerja. Dia berusaha untuk selalu bahagia apapun yang akan terjadi nanti. Dia melihat banyak anak-anak perempuan seumur SMP pada putus sekolah, lalu dia berusaha mendatangi rumah mereka dan mengajak mereka bermain di rumahnya untuk diajak membuat kerajinan tangan dari bekas bungkus apel,jeruk yang sudah tidak dipakai.

"Ani, Oni , Uni, Eni kita akan membuat prakarya semoga nanti bisa kalian jual dipasar." kata Atin

"Terima kasih kak Atin." Jawab mereka

"Pertama kita buat bunga padi, caranya kita pasang dulu duble tip setelah kita gunting-2." kata Atin seraya menbagikan bahan- bahan untuk praktik kepada keempat anak tersrbut. Mereka langsung membuat dan alhamdulilah mereka bahagis mengerjakannya. Dan Hasiljya dalam waktu 2 jam yaitu pukul 9-11 telah terbuat 50 bunga padi. Akhirnya mereka punya kesepakatan setiap hari pukul 9 Mereka akan membuat prakarya yang bisa memenuhi kehutuhan mereka.

"Assalamualaikum." suami Atin pulang kerja tepat pukul 4 sore.

"Walaikum salam." Jawab Atin sambil mencium tangan susminya dan suaminya mencium kening istrinya.

"Maaf ya kakak ngak bisa pulang cepat,masak apa hari ini ?." suami Atin minta maaf dan bertanys.

"Saya masak kesukaan kakak, Raeon, telur asin dan ada sedikit rendang." Ucap Atin sambil tangannya merapikan jilbabx.

"Kakak mandi dulu deh, lalu kita makan sore ngih." ujar Atin mengatur suaminya.

"Oke oke istriku sayang." sambil mencium pipi istrinya. Atin sedikit merajuk

"Hiii kakak ini." sambil terus tangannya menyerahksn handuk dan piyama.

Sambil menunggu suaminya selesai mandi, atin menyiapkan meja makan dengan semua lauk pauk yang telah dia siapkan siang hari tadi.

Setelah selesai dia kemudian membuatkan secangkir kopi untuk suaminya.

“Alhamdulilah, banyak sekali  yang dihidangkan ini dik.” Sambil sedikit protes

“Kita khan Cuma berdua.”lanjut suaminya menegur istrinya.

“Ya Cuma ini kak yang saya masak.” Jawab Atin kepada suaminya.

“Yuk Kita makan, ajak suaminya.” Sambil ambil posisi duduk disamping istrinya.

Atin langsung menaruh nasi dan lauk yang diinginkan suaminya seperti biasa. Lalu dia menyiapkan untuk dirinya.  Tanpa banyak bicara mereka makan dengan lahapnya dan mereka menyelesaikan dengan cepat dan rapi. Setelah makan mereka biasanya menonton Televisi di ruang keluarga, sambil menkmati secangkir kopi mereka bercengkrama.

“Kak lihat bunga di meja ini, itu hasil pekerjaan anak kampung yang saya ajak belajar.”ucap Atin membuka pembicaraan.

“Bagus, bagus, dik Atin yang mengajari buat ini?.”seraya tak percaya istrinya sekreatif itu.

“Lumayan kak untuk kegitan pagi,aku punya ide kak boleh?” tanya Atin pada suaminya.

“Begini di belakang khan ruangan kosong, aku akan bersihkan untuk dibuat sanggar “Kreatif dan Inovasi”.ucap Atin memamarkan idenya.

“Saya sih ngak masalah silahkan dik Atin aja, bagaimana baiknya.” Ucap suaminya

“Pesan saya jangan terlalu capek, dan jangan menjadi suatu beban.” Pesan suaminya

“Ok Kakakku sayang.”seraya mencium pipi suaminya.

Ditariknya Atin kedalam ke pelukannya mereka bermanja-manja dan tak lama mereka beanjak ke kamar tidur , mereka melanjutkan di kamar tidur mereka.

Setelah berkisar satu jam Maghrib memanggil mereka mandi dansholat berjamaah di mushola yang berada di sebelah ruang Keluarga.

Setelah sholat Atin melanjutkan pembicaraan tentang idenya untuk membuat sanggarnya nanti produktif dan bisa membantu perekonomian anak-anak putus sekolah dikampung.

Suami Atin Bahagia, istrinya memiliki jiwa social yang tinggi dalam hati dan pikirannya dia bertanya

“Apa yang dapat saya lakukan untuk ide cemerlang istriku ini.” gumam suami Atin

“Bagaimana kalua kakak buatkan market penjualannya dik Atin ?.” tanya suaminya

“Ngak usah kak nanti biar saya dan anak-anak kapung yang mengerjakannya. Kakak focus pada kerjaan kantor aja.” Tolak Atin halus

Dalam hati atin berjanji tidak akan merepotkan suaminya. Dia berusaha melakukan sendiri mulai dari perencanaan, promosi, produksi sampai marketing dan savingnya.

Keesokkan harinya suami Atin berangkat pukul 08.00 setelah sarapan, baca koran dan minum segelas Teh yang sudah disiapkan oleh Atin dari pagi,

“Berangkat dulu ya sayang, hati-hati di rumah. Kalau ada apa-apa telepon kakak.” Pesan suami Atin sambil mencium kening istrinya

“Siap kakakku sayang, Hati-hati dijalan ngih.I love you.” Bisiknya dalam pelukan suaminya

Mobil melaju dari garasi dengan santainya seolah tak tega meninggalkan istrinya sendiri di rumah dibukanya jendela mobil. Melihat istrinya yang cantik sendiri lagi , Atin melambaikan tangan dan dan tersenyum melepas Kepergian suaminya.

Tepat pukul  embilan pagi Atin berkumpul di ruangan depan mereka membersihkan Bersama dengan 4 anak kampung untuk dijadikan sanggar Kreatif dan Inovatif

Mereka bekerja dengan sungguh-sungguh akhirnya tempat bersih etalase untuk menarh hasil karya merekapun telah ada dan telah dibersihkan, mereka mulai mengerjakan prakarya melanjitkan membuat bunga padi sebanyak-banyaknya. Dan Atin tak lupa menyiapkan minuman dan kue untuk mereka makan

“Kak Atin, kenapa berhenti bekerja ? bukannya akan Atin Sarjana ?.” tanya Oni pada Kak Atin

“Iya kakak kenapa berhenti ?, bukannya lebih enak kerja kantoran.”timpal Uni

“Orang tua kakak tidak marah ?, kakak berhenti kerja ?.” tanya Oni

“Bukannya Enak pegang uang sendiri kak ?, bisa bergurau dengan teman kantor ?.” tanya Eni

Ani, Oni , Uni, Eni sebenarnya menyayangkan keputusan kak Atin berhenti bekerja setelah menikah. Ijazah Sarjana yang dia raih dengan kerja keras dan biaya yang tidak sedikit dikeluarkan oleh Orang tuanya, terasa sia-sia menurut pandangan mereka berempat.

Atin yang dberondong pertanyaan mereka berempat hanya tersenyum dan mencoba meredam kemarahan mereka berempat atas keputusan berhenti bekerja.

 

“Begini adik-adikku semua, kadang kita sebagai manusia harus mempunyai cita-cita yang tinggi dan menyelesaikan study setinggi mungkin sampai ke negeri China.” Kata Atin

“Tapi jika kita sudah menikah dan bersuami maka apa kata suami adalah Surga baik kita kaum perempuan,saya memilih untuk tidak bekerja kantoran karena suami telah mencukupi kebutuhan saya. Dan tugas saya melayani suami baik lahir dan batin.” Jelas Atin

“Saya lebih memilih Surga didepan kita dengan mengabdi untuk suami dan beribadah sesuai perintah Illahi.” Lanjut Atin memberi penjelasan.

“Memang sebuah pilihan yang sangat berat bagi saya, tapi itulah sebuah pilihan yang harus saya ambil.” Sambil menelan ludah Atin melanjutkan

“Ada rasa sepi saat kita sendirian di rumah tanpa teman, dimana saat lalu banyal teman dan kolega di depan meja kerja saya, saya tidak menyesal dengan pilihan saya.” Itu akhir penjelasan Atin

“Semoga kalian paham ya, ini kita lagi berkantor di Sanggar Kreatif dan Inovatif” ucap Atin memberi semangat mereka berempat.

Mereka akhirnya menyadari bahwa sebuah pilihan ada resiko dan dampak dimana kita harus menciptakan dampak tersebut menjadi hal yang positif dan bermanfaat bagi Orang lain.

Akhirnya mereka berpisah karena waktu telah menunjukan pukul 11 siang.

“Terima kasih sharingnya, kak Atin.” Serasa pamitan keluar dari rumah kak Atin

“Sama-sama.” Jawab kak Atin.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NASI BERKAT

                                              Taliwang, 28  Februari 2021 NASI BERKAT Karya : Hj. Endah Ekowati, S.Pd                   ...