Taliwang, 1 Februaru 2021
Ijinkan Aku Berlabuh
Karya : Hj. Endah Ekowati
Beningnya
air mengalir menuju hulu membawa semua yang ada di sekitarnya menjauh dan tak
mungkin kembali. Serumpun dengan itu sebuah hati ranum ikut terhanyut jauh
menuntun ke suatu tempat yang mungkin hanya baww kenangan antara Rangga dan
Ranggi yang tahu. Kisah mereka berdua berawal saat PPL di suatu daerah
terpencil sama sama berjuang meniti harap tinggal di rumah kepala
desa dengan delapan teman lainnya.
Rangga tertusuk panah asmara
pandangan pertama melihat wajah cantik, rambut terkepang dua. Mata yang
bening sejuk jika dipandangnya.
"Kenalkan, saya Rangga jurusan
Matematika." Rangga menyapa dengan senyuman yang terlihat lesing
pipitnya.
"Oh ya, Aku Ranggi jurusan Fisika."
Jawab Ranggi sambil tersipu malu.
Mereka bersepuluh datang tidak bersamaan
sehingga disini mereka ketemu dan saling berkenalan. Sebuah kebetulan juga
Kamar mereka bersebelahan.
" Ranggi kau yg koordinir yg
cewek, Mks sebelum." Kata Rangga
" Oke " jawab Ranggi.
Keesokkan harinya kami berkumpul dan
sarapan bersama di aula tiba-tiba,
"Ranggi. Apakah kau sengaja
membuatku kehabisan napas, heh!" gertak Rangga penuh emosi.
"Apa maksudmu, Rangga. Aku tak
mengerti tentang apa yang barusan kau tuduhkan padaku."
"Masih, saja kau berkilah. Sudah
salah, masih saja tak merasa."
Plakkk... Tamparan keras itu mendarat di
pipi Rangga. Adapun Ranggi merasa menyesal dengan apa yang dilakukan telapak
tangannya itu.
"Kau sudah keterlaluan, Rangga. Kau
cemooh aku tanpa kau sebutkan apa kesalahanku."
"Baiklah Ranggi. Akan kubongkar di
sini, biar semua orang tahu, apa kesalahanmu."
"Katakan, aku tidak takut."
Rangga mencoba tenang dengan menempatkan
dirinya untuk duduk di kursi pojok ruangan itu.
"Ranggi," ucap Rangga sedikit
ragu, sebelum akhirnya dia teruskan ucapannya.
"Jangan kau tinggalkan aku lagi.
Capek aku mencarimu tadi."
"Baiklah Rangga, kini aku/"
Semoga kebaikanmu diterima di sisi-Nya. Dan dosa-dosamu diampuni. "
"Aamiin," ucap Ranggi
"Maafkan aku, Rangga, kenapa kau
tega?"
"Apakah masih marah padaku,
Rangga?"
"Sudahlah!"
Angin sepoi sepoi membelai muka Ranggi
yang merah karena sedih. Ranggi tak tahu langkah apa yang bisa buat suasana
kembali normal. Tiba-tiba Rangga mendekati Ranggi secara pelan, menyapa lembut.
" Ranggi, izinkan aku
memelukmu."
"Maafkan, aku sayang padamu,"
ucapnya sambil memeluk Ranggi.
Mereka akhirnya tersenyum lagi dengan
bergandeng tangan menuju tempat parkir mobil. Di bukakan pintu untuk Ranggi
"Silahkan tuan putri." Sambil memegang kepala putri agar tidak
tersentuh kap mobilnya. "Terima Kasih."ucap Ranggi lirih.
Rangga bergegas mengemudi
menuju rumah dimana Orang tuanya menunggu kedatangan Ranggi calon menantu.Rasa
bahagia menyelinap di hati mereka berdua ketika tembok kuning dengan dinding
kokoh lantai dua sudah didepan mata mengajak hati yang berdegub kencang di
batin mereka berdua. Harap cemas mulai mengacohkan pikiran dan logika saat kaki
mulai turun sari mobil. Brak suara pintu mobil ditutup Ranggi separah itu pula
hatinya. "Assalamualaikum Ibu,
kenalkan saya Ranggi teman kakak." Sapanya
"Walaikum salam, oh ini toh teman
Rangga ? Cantik." Balas Ibu Rangga tersenyum.
Akhirnya mereka terhanyut oleh arusnya
rasa ingin saling tahu informasi.
Waktu menunjukkan pukul
13.00 makan siang sudah tersaji dimeja makan siap di santap bersama.
"Ayo ayo kita makan siang
anak-anak." kata ibu renyah pertanda dia sangat bahagia. Ranggi duduk
tepat di depan Ibu Rangga dan disamping kanan Rangga. Mereka makan dengan
konsentrasi hanya canda sedikit mengingat aturan makan tidak boleh banyak
bicara. Setesai makan mereka bercengkerama kembali dan merajut cerita yang
belum tuntas.
Serelah
selesai bertama Ranggi berpamitan pada Ibu Rangga. “Ibu terima kasih atas
semuanya, senang bertemu ibu.” Pamit Ranggi
“Ok, hati hati dijalan salam buat
orangtuamu ya.” Sambil mengantar di depan pintu.
“Ibu, Rangga antar Ranggi dulu ya.”
“Ok, hati-hati di jalan cepat pulang.”
“Pasti Ibu, I love you” Sambil cium
Ibunya.
Terlihat disini keluarga Rangga ramah dan
penuh kasih sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar