Minggu, 01 November 2020

AKU SAYANG KAMU

 Aku Sayang Kamu 

Karya : Eyang Endah 

                Beningnya air mengalir menuju hulu membawa semua yang ada di sekitarnya menjauh dan tak mungkin kembali. Serumpun dengan itu sebuah hati ranum ikut terhanyut jauh menuntun ke suatu tempat yang mungkin hanya baww kenangan antara Rangga dan Ranggi yang tahu. Kisah mereka berdua berawal saat PPL di suatu daerah terpencil sama sama  berjuang meniti harap tinggal di rumah kepala  desa dengan delapan teman lainnya. 

                Rangga tertusuk panah asmara pandangan pertama melihat  wajah cantik, rambut terkepang dua. Mata yang bening sejuk jika dipandangnya. 

"Kenalkan, saya Rangga jurusan Matematika." Rangga menyapa dengan senyuman yang terlihat lesing pipitnya. 

"Oh ya, Aku Ranggi jurusan Fisika." Jawab Ranggi sambil tersipu malu. 

Mereka bersepuluh datang tidak bersamaan sehingga disini mereka ketemu dan saling berkenalan. Sebuah kebetulan juga Kamar mereka bersebelahan.

 " Ranggi kau yg koordinir yg cewek, Mks sebelum." Kata Rangga  

" Oke " jawab Ranggi. 

Keesokkan harinya kami berkumpul dan sarapan bersama di aula tiba-tiba,

 "Ranggi. Apakah kau sengaja membuatku kehabisan napas, heh!" gertak Rangga penuh emosi.

 "Apa maksudmu, Rangga. Aku tak mengerti tentang apa yang barusan kau tuduhkan padaku."

"Masih, saja kau berkilah. Sudah salah, masih saja tak merasa."

Plakkk... Tamparan keras itu mendarat di pipi Rangga. Adapun Ranggi merasa menyesal dengan apa yang dilakukan telapak tangannya itu.

"Kau sudah keterlaluan, Rangga. Kau cemooh aku tanpa kau sebutkan apa kesalahanku."

"Baiklah Ranggi. Akan kubongkar di sini, biar semua orang tahu, apa kesalahanmu."

"Katakan, aku tidak takut."

Rangga mencoba tenang dengan menempatkan dirinya untuk duduk di kursi pojok ruangan itu. 

"Ranggi," ucap Rangga sedikit ragu, sebelum akhirnya dia teruskan ucapannya. 

"Jangan kau tinggalkan aku lagi. Capek aku mencarimu tadi."

"Baiklah Rangga, kini aku/" Semoga kebaikanmu diterima di sisi-Nya. Dan dosa-dosamu diampuni. "

"Aamiin," ucap Ranggi 

"Maafkan aku, Rangga, kenapa kau tega?"

"Apakah masih marah padaku, Rangga?" 

"Sudahlah!" 

Angin sepoi sepoi membelai muka Ranggi yang merah karena sedih. Ranggi tak tahu langkah apa yang bisa buat suasana kembali normal. Tiba-tiba Rangga mendekati Ranggi secara pelan, menyapa lembut. 

" Ranggi, izinkan aku memelukmu." 

"Maafkan, aku sayang padamu," ucapnya sambil memeluk Ranggi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NASI BERKAT

                                              Taliwang, 28  Februari 2021 NASI BERKAT Karya : Hj. Endah Ekowati, S.Pd                   ...