Jumat, 09 Oktober 2020

RESUME 3 PELATIHAN MENULIS FELOMBANG 16

 

RESUME 3 PELATIHAN MENULIS FELOMBANG 16

MODERATOR : Ibu Kanjeng atau Ibu Sri Sugiastuti

PEMATERI :  DEDI SUHENDI



Moto:   Carilah ilmu sebanyak-banyaknya. Semakin banyak ilmu, kita tak akan menyalahkan orang lain.

Kita tanamkan dalam diri ini bahwa menulis mudah, semudah update status. Misalnya, dari sebuah pengalaman. Apa pun pengalaman Bapak/Ibu pada hari ini tulis saja. Gunakan teknologi untuk menyimpannya. Bisa di laptop, hp, blog, facebook, dan sebagainya.  Menulis itu semudah kita mendeskripsikan apa yang kita lihat, apa yang dirasakan. Menulis itu tidak selalu muluk-muluk dan tidak selalu rumit. Menulis itu, sesederhana yang kita lihat. Menariknya, objek yang diperlihatkan hanya satu, namun sudut pandang penulisannya bisa berbeda dari penulis satu dengan penulis lain.

Kunci keberhasilan seorang penulis adalah menciptakan semangat, motivasi, kemauan, usaha, konsistensi, jangan lupa untuk berdoa memohon kemudahan, bimbingan, kesehatan, kecerdasan, dan seterusnya. Trik selanjutnya mencari teman yang bisa menginspirasi, mendorong, dan memberi semangat. Contohnya, Omjay. Latihan menulis buku dapat diawali dengan cara menuliskan tulisan pendek, kegelisahan, sesuatu yang disukai/hobi/minat, pengalaman, keahlian, impian, kebutuhan orang lain. Bisa berupa opini satu paragraf, dua paragraf atau tiga paragraf.

Hari berikutnya, bisa ditambah satu paragraf lagi. Hingga menemukan identitas menulis dan menemukan apa yang ingin disampaikan ke dalam lembaran-lembaran. Jika latihan menulis secara kursus tidak nyaman, bisa dilakukan sendiri. Keuntungan menulis secara pribadi memberikan rasa kepuasan diri. Jiwa di dalam diri lebih bebas, terhindar dari rasa takut. Baik itu takut terhadap persaingan, ataupun rasa takut karena aturan baku dan ketat. Karena salah satu kunci sukses menulis buku adalah mengabaikan segala aturan yang mengikat yang justru melemahkan semangat. Berbeda jika dari awal tidak terbangun semangat dan terbelengu dengan aturan. Sudah dapat dipastikan, sebelum menuliskan lembar kedua, sudah berhenti ditengah jalan. Menulis itu semudah update status

Masih menganggap menulis buku itu sulit? Barangkali kita gemar update status di media sosial. Saat kita menulis status, apa yang kita tuliskan berdasarkan apa yang kita rasakan. Entah itu perasaan tentang diri kita sendiri, tentang penilaian terhadap orang lain atau karena bacaan/tontonan yang baru saja dilihat.

Menentukan Topik Tulisan Menulis Buku. Saat memulai menulis, hal umum yang dirasa sulit adalah menentukan topik tulisan. Pemilihan topik bisa kita pilih berdasarkan “minat”. Anggap saja, penentuan topik kita ambil sesuai dengan minat kita. Bahkan, ketika kita membaca surat kabar, ada satu paragraf yang menarik hati. Hal yang menarik tersebut bisa dicatat, kemudian tambahi gagasan, ide, sanggahan, menambahi data lain yang diperoleh.  Dari data-data tersebut, cukup tuliskan per kalimat di bawahnya. Setelah semua gagasan, ide, dan yang ingin disampaikan sudah berbaris-baris, tidak ada salahnya untuk keluar sejenak. Minum kopi atau minum teh. Setelah merasa lebih rileks, bisa melanjutkan dengan menambahkan kalimat penjelas di belakang poin-poin yang tadi tertulis. Jika cara itu sulit, menentukan topik bisa dimulai dari menulis kehidupan diri kita sendiri. Barangkali, justru lebih menjiwai. Siapa tahu, hasil dari corat-coret curhat, bisa menjadi novel. Bukankah di dunia ini banyak ketidakpastian?

Termasuk ketidakpastian nasib hasil tulisan kita. Karena banyak buku-buku best seller meledak dari karya iseng-iseng ingin menuangkan perasaan dan kegelisahannya. Jika cara tersebut terasa memalukan dan ingin menulis buku yang lebih serius. Maka, bisa dikemas agar tidak terlihat drama. Kunci dari semua itu, tergantung kreativitas kita mengarahkan tema dan topik bahasan. Misalnya, mencari paragraf yang menarik dari buku yang kita sukai. Kemudian tulis satu paragraf saja, kemudian lakukan pengembangan. Jika trik-trik di atas sudah dilalui, biasanya akan lahir dengan sendiri ulasan yang ingin kita sampaikan.

Teman-teman, jika ingin tulisannya ada roh, perlu penghayatan. Ide yang biasa-biasa saja jika dikemas dengan penghayatan dan penjiwaan pembaca akan muncul emosinya. Emosi, dalam menulis buku menjadi penarik rasa ketertarikan. Tulisan yang ditulis dengan pengahayatan, mampu menghidupkan sebuah tulisan.

Contoh yang menghayati:

Gadis berambut panjang yang selalu mengintai dalam keraguan. Ia ingin selalu memergoki setiap derap langkah pejalan kaki di hadapannya. Keinginannya itu seakan terpancar di raut wajah yang kusam dan lugu. Ia hanya akan mengharap belas kasihan dari sang dermawan.

Penghayatan seperti contoh maksudnya mendeskripsikan sesuatu dg perasaan yg mengundang penasaran atau pertanyaan si pembaca. Tidak langsung kita sebut gadis tapi dg embel2. Jadi, kita masuk ke dalam jiwa sang gadis tersebut. Kalau kita masak harus ada bumbunya. Maka, masakan kita akan sedap tidak hambar.

Contoh yang  tidak menghayati

Gadis itu mengharap belas kasihan orang-orang yang berjalan kaki di dekatnya.

Dari contoh tersebut, terlihat perbedaannya. Aturan penghayatan penting sekali selama pengarapan sebuah buku. Baik itu buku ajar, buku fiksi, buku motivasi, dan sebaginya. Butuh yang namanya impresi dan seni. Cara tersebut dapat diperoleh dengan banyak cara kreatif. Cara kreatif ada banyak, tidak terbatas. Di mana, setiap orang memiliki kreatif sendiri. Mungkin cara saya menulis kreatif dengan cara saya. Tentu, cara saya tidak bisa diterapkan dengan cara Bapa/Ibu.

Misalnya, saya memulai tulisan dengan kata-kata kiasan atau puisi. Contohnya ada di blog saya.

https://yadedisuhandi.blogspot.com/2020/09/kisahdi-samping-sepakat-2-berawal-dari.html?m=1

Ini blog yang saya buat juga berkat bimbingan Omjay. Omjay memang seorang inspirator andal.

Jangan lupa, menulis juga harus punya tujuan. Misalnya, saya menulis tujuannya utk ekspresi diri, untuk naik pangkat, untuk hobi, dan sebagainya. Dengan tujuan tersebut, pasti segala cara akan kita gunakan.

Menbangkitkan emosi diri bisa dengan mencari permasalahan. Dengan permasalahan tersebut kita berusahan utk mencari solusinya. Paling tidak masalah yg dekat dg kita. Permasalahan tersebut kita analisis dan tuliskan sedikit demi sedikit. Tulisan akan menarik karena akan mengundang emosional si pembaca. Nah, seni ini yang mewarnai tulisan kita. Hal ini perlu kepekaan dan seni dalam mengembangkannya.

Tip dan Trik Menulis :

1. Berangkat dari kisah yang menarik yang pernah ibu alami. Dengan kisah tersebut tentunya Ibu akan menghayati karena kita alami sendiri. Gunakan kata-kata sederhana terlebih dahulu. Setelah tulisan selesai beberapa paragraf, Ibu lihat dan bisa diedit. Apakah sudah tepat diksi atau belum.

2. Cerita boleh sama, tapi cara pandang, dan stel Ibu tentunya berbeda. Mengangkat suatu kisah yang sudah difilmkan sebagai inspirasi Ibu tidak masalah asalkan beda dalam tulisannya.  Anggap saja itu pengalaman Ibu ketika menonton suatu kiash. Seperti yang sduah saya paparkan. Banyak membaca karya orang lain, berlatih untuk melakukan karya seni seperti puisi. Dengan latihan, kita akan terbiasa untuk membuat tulisan kita dengan seni dan penghayatan.

3, Saya juga beranjak dari lingkungan dalam membuat karya seni. Gunakan kelas, lingkungan rumah, dan lingkungan masyrakat unruk memperkaya kosa kata dan jiwa seni. Saya suka memulai tulisan dengan kata-kata kias dan puisi. Saya juga suka membaca puisi-puisi dan karya buku yang menggunakan bahasa seni.

4.  Jangan lupa untuk bergaul dengan orang-orang yang berjiwa seni.

5.  Allah menciptakan alam semesta ini dengan seni. Hambar rasanya kalau tidak ada seni. Bayangkan kalau Allah menciptakan kita tidaka ada hidung dan telingan, pasti tidak elok. Begitu juga dengan tulisan. Walaupun Bapak bergelut di bidang seni, tentunya ada jiwa seni dalam diri Bapak. Belajar dari keluarga dulu. Gunakan bahasa-bahasa syahdu. Insya Allah kita akan terbiasa. Guru Kimia menurut saya wajib memiliki gaya seni supaya siswanya tidak bosan dan stress. Ketika  Kita menjadi idola siswa, itu berarti dalam diri kita sudah muncul seni dalam mengajar. Seni itu luas tidak berkutat dalam bidang bahasa saja.

6. Gunakan kata-kata yang pendek saja dulu. Misalanya, rembulan sudah menampakkan wajahnya.

7. Cara memuncul ide sesuai dg kebutuhannya. Kira2, Kita ingin menulis buku tentang apa? Misalanya ingin menulis buku ajar bahasa arab. Tentunya harus mempelajari kurikulumnya dulu. Melihat buku2 yang telah ada. Dari refleksi buku orang lain, Kita akan bisa membuat karya yang lebih karena sudah mempelajari buku sebelumnya. Tentunya kita sudah menganalisis kelebihan dan kekurangannya.

8. Topik yang di pilih tentunya yang sering kita lakonkan supaya mudah untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Misalnya, KIta ingin menulis novel tentang pengalaman selama menjadi guru di sekolah. Nah, ini kan mudah utk kita bercerita. Mengapa? Karena sudah alami. Jika lupa, biisa ditanyakan dengan teman sejawat. Mulai dari hal yang terdekat dan sering kita alami. Sperti pada paparan di atas. Dari hobi kita Itu bisa dituangkan dalam bentuk tulisan.

9. Sebenarnya tulisan saya itu nonfiksi. Karena aotubiografi.

10. Untuk artikel atau karya tulis ilmiah. Kalau publikasi ilmiah bisa saja disisipkan pada kata-kata bijak yang berseni. Ini sudah saya lakukan pada tulisan buku saya. Tapi, kalau untuk kontennya memang sedikit agak kaku dalam penulisan ilmiah. Tapi, bisa kita sisipkan dalam tulisan itu. Namun, tidak lah tampak seperti di tulisan novel atau pengalaman hidup karena tulisan lepas. Untuk pemula lebih baik menulis autobiografi dahulu IBu. Sebagai latihan. Nanti baru menulis KTI.

1 komentar:

NASI BERKAT

                                              Taliwang, 28  Februari 2021 NASI BERKAT Karya : Hj. Endah Ekowati, S.Pd                   ...