Jumat, 13 November 2020

RESUME 18 : PELATIHAN MENULIS GELOMBANG 16

 Moderator : Aam Nurhasanah

Pemateri     : Nur Aliem Halvaima,SH,MH.

TANGGUNG JAWAB DALAM MENULIS 


BIODATA PENULIS NUR TERBIT

            Anak Bugis-Makassar yang dilahirkan 10 Agustus 1960 ini namanya Nur Aliem Halvaima, SH, MH. Nama pena dan media sosial adalah Nur Terbit. Anak ke-3 dari 7 bersaudara pasangan Haji Muhammad Bakri Puang Boko - Hajjah Sitti Maryam Puang Mene. Tahun 2015 dia menyelesaikan pendidikan di Universitas Islam Jakarta, program S2 ilmu hukum dengan tesis "Pola Pemberian Upah Untuk Kesejahteraan Wartawan Media Cetak di Provinsi DKI Jakarta". Sedang S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syari'ah dan Hukum. Sementara Sarjana Muda di IAIN Alauddin Makassar. 

            Nur menjalani profesi wartawan daerah di Makassar sejak masih kuliah, berlanjut jadi koresponden Harian Terbit (Pos Kota Grup) di Sulawesi Selatan. Tahun 19…

Sebagai penulis berita, peristiwa, laporan pandangan mata dari lapangan. Ataus istilah jurnalistiknya reportase Secara tertulis atau (kadang) dilengkapi foto dari TKP (istilah kepolisian tempat kejadian perkara) ke kantor redaksi koran/media pada tahun 1980-2014 adalah media cetak (koran).Baik ketika masih wartawan daerah di Makassar, maupun setelah bergabung di Jakarta sebagai reporter di Harian Terbit (Pos Kota Grup)

Ada perbedaan pola penulisan berita di koran/media dengan menulis bebas utk artikel di media, bedanya jika menulis utk karangan ilmiah, skripsi, makalah, tesis atau disertasi. Di media, ada format atau standar baku, yakni berita tdk boleh (dilarang) memasukkan opini penulisnya atau wartawannya. Jika  wartawan ingin menyampaikan pendapat, gagasan, pemikiran, boleh saja. Ada tempat khusus yakni opini, artikel, yang by name sedangkan untuk rubrik artikel di media, sdh disiapkan, baik koran, majalah, tabloid, dll. Selain wartawan sbg tugas utamanya, rubrik opini ini bisa diisi oleh orang luar. Maksudnya pembaca, sesuai kehalian dan bidang yang dikuasainya. Utk tulisan ini, ada kompensasi dari redaksi media tsb, berupa honorarium yg besarnya tergantung kemampuan media yang bersangkutan.Mereka yg ahli/pakar satu bidang ilmu, bahkan menjadi penulis tetap, yg tentu honornya juga lumayan.

        Saat ini media besar seperti Kompas, Majalah Tempo, Republika, Media Indonesia dan beberapa majalah menerapkan standar honor. Sayangnya dgn datangnya era digital ini, media cetak dan sebangsanya, banyak yang tiarap lalu tidur utk selamanya. Kini era berganti dengan online Satu sisi mengurangi pasar media cetak, sisi lain membuka peluang baru sebagai netizen, atau citizen jurnalism Media Informasi pun makin banyak pilihan. Dulu harus ke lapak Kaki lima, lampu merah, pengecer, agen utk dapat membeli koran/majalah, skrg cukup dgn gadget atau hp, dunia sudah terbentang luas.

( Itulah Cerita perkenalan neliau sekitar dunia yang saya geluti selama ini sejak 1980-an)

Menulis, sudah mulai beliau  coba2 waktu msh SD.Kebetulan ayah kerja di P dan K (kini Kemendikbud) Kab Maros Sulsel. Dulu ada namanya buku inpres, berbagai jenis buku bacaan, pelajaran, dongeng, cerita petualangan. Termasuk majalah anak2 Si Kuncung. Mungkin ada yg masih ingat, tapi Kuncung sdh "wafat" diteruskan majalah Bobo dan rekan-rekannya.

Ayah beliau bertanggungjawab membagikan buku2 tsb ke sekolah2, terutama Dikdas, pendidikan dasar di daerah tersebut. Dari sinilah beliau terbiasa membaca buku2. Dimana kemudian sgt berguna  pada kehidupan selanjutnya saat mulai belajar menulis. Jadi benar kata orang,  utk mahir menulis hrs banyak membaca. Di bangku SD itu pula, beliau mulai berani mengirim tulisan ke media, tepatnya di koran daerah tempat saya tinggal di Makassar. Ada koran Pedoman Rakyat (PR), koran tertua di Makassar, bahkan se Indonesia Timur.Tulisannya tentu yg ringan sesuai usia pelajar SD. Puisi Anak, Cerita Anak, bahkan ngirim gambar di rubrik Anak. Tentu bangga ketika pertama kali tulisan kita dimuat di koran. Yg lebih bangga lagi dapat honor, dikit.via wesel pos. Setelah tulisan beliau sudah berani dikirim ke koran dan dimuat, mulai tambah berani ikut lomba menulis. Beberapa kali beliaumewakili sekolah utk lomba menulis antarsekolah dan Alhamdulillah...menang

        Pengalaman berkesan mengajar kelas 6 SD yg muridnya seperti GIANT (teman Doraemon - Nabita itu), beliau tulis dan kirim ke lomba mengarang pengalaman ke majalah remaja HAI (Kompas grup).  Alhamdulillah, walau hanya juara harapan 1 (tahun 1980-an) tp bangganya luar biasa. Hadiah kamus Indonesia-Inggris M Sadeli dan kaos HAi. Juaranya Leila S Chodori, GolaGong, AGS Arya Dwipayana, semua penulis.cerpen dan novel terkenal di zamannya menjadi.wartawan resmi saat sudah.kuliah di IAIN Makassar. Selain jadi pengelola.koran kampus. Terus berlanjut ke Jakarta bergabung di Harian Terbit (grup Poskota)

        Beliau memulai pula belajar menulis opini, tulisan feature, laporan bersambung, sesekali cerpen percintaan atau tema keluarga. saat pensiun dini, mulai fokus.menulis blog, Kompasiana, mengenal medsos (FB, Twitter, Instagram dan YouTube). Ikut berbagai lomba nulis, beberapa diantaranya menang. Hadiah laptop, kamera, hamdphonez dan yang sering flashdisk, atau voucher belanja. 

Dari sekian banyak tulisan yg tercecer di mana-mana itulah setelah dikumpulkan akhirnya jadi buku. Yg terbaru diterbitkan YPTD-nya Pak Thamrin dahlan adalah "Wartawan Bangkotan". Tadi diantar TIKI dari percetakan ke rumah. Sebelumnya ada "Lika-Liku Kisah Wartawan" terbitan PWI Pusat 2020

Akan menyusul buku bacaan ringan : MATI KETAWA ALA NETIZEN

Motto beliau :  "Untuk mahir menulis, harus banyak membaca." 

Ini kadang salah satu yang menjadi masalah penulis pemula dan kurangnya minat baca di Indonesia. karena dengan banyak membaca :

1. Memperkaya perbendaharaan kata

2. Belajar EYD

3. Menambah wawasan, terutama bgmn format menulis: belajar nyusun pragfraf, huruf sambung dll

4.  Banyak membaca tulisan orang lain,.kita belajar style (gaya) penulisan orang.

Kunci Menulis adalah : 

1.  Menulis dengan kunci 3D. Tulislah yang D-ialami sendiri, yg D-isukai, yg D-ikuasai,  sehingga 

     harus  rajin baca, nonton TV/film, dengar radio utk memperkaya wawasan sbg tabungan ide kalau 

     mau menulis, terutama genre fiksi

2. PDLS = Peka Dengan Lingkungan Sekitar (KEPO)

 3. TBTO = Terus Belajar atau Baca (dari) Tulisan Orang

 4. TLMM = Terus Latihan Menulis di Media (Medsos)

 5. TILM = Terus Ikut Lomba Menulis, sebagai uji coba sejauh mana kualitas tulisan kita

Menulis Berita ada kode etik dan UU Pers, ada namanya hak jawab. Pihak yg dirugikan/diberitakan hrs diberi ruang yang sama utk menjelaskan atau mengklarifikasi. Jika medianya bandel, ada Dewan Pers. Media ybs disidang disana. Kalau melanggar ada sanksi. Jika yg diberitakan tetap belum puas, boleh ke ranah hukum. Lapor ke polisi. Tapi masyarakat lebih suka ke polisi dari pada Dewan Pers . Kalau dia ngancam, minta duit, itu sdh pemerasan. Laporkan ke Polisi,  panggil oknum wartawan itu datang, siapkan polisi utk menangkap, biar tertangkap tangan, ada barang bukti

Masing-masing media ada aturan baku yg spesifik. Tapi pada umumnya, media sama melihat tulisan yg dikirim ke redaksi dari sisi : tema, isi, aktualitas, cara penyampaian, kepakaran dr penulisnya.

 Ambil contoh koran Kompas: Tiap hari ada rubrik tetap, sesuai bidang: hukum, politik, keuangan, kesra, olah raga dll. Yang nulis juga dilihat latarbelakang penulisnya.Menulis pendidikan, ya biasanya pakar pddk, dosen, prof, rektor dll.. Begitu bidang ilmu.lainnua. Aktualitas beritanya juga dilihat. Misalnya jelang Pilpres, Pilkada, tentu gak cocok kalau kita nulis soal pemilihan RT, Kades dll. Kecuali jika studi komparasi. Misalnya, kita mengibaratkan Pilkada seperti pemilihan RT atau Kades, buktikan perbedaan dan persamaannya

        Karena kita di grup guru, saran beliau lebih pas jika kita menulis masalah pendidikan. Cari juga media yg menyiapkan rubrik pendidikan. Wartawan adalah profesi. Dari profesi inilah saya hidup dan menghidup anak istri. Kalau saya ditanya apa hukumnya bekerja sbg wartawan, ya tergantung bagaimana ybs menjalaninya.Bekerja sbg wartawan adalah bagian dari ibadah. Kepekaan thdp lingkungan. Setiap informasi, dicek ulang, gak ditelan mentah2. Itu sebabnya ada rumus baku : 5 W 1 H + S. Salah satunya why, what, hrs dijawab dulu setiap ada informasi. Jika tdk ada kesesuaian antara info dan fakta lapangan, nah itu menarik. Lalu sebelum ditulis, ada tambahan S tadi, security = keamanan. Baik penulisnya, keluarganya, kantornya, medianya, jika berita tsb diturunkan tanpa crosscek. Itulah bedanya dgn tulisan di media memakai bahasa populer, atau bahasa sehari-hari

Menulis itu harus dimulai. Namanya juga menulis. Ya TULIS sekarang juga. 

Jangan biarkan mengendap di kepala. Kepala sdh penuh oleh beban pikiran dan beban hidup.

Contoh :

Anggun C Sasmi, penyanyi rock yg sdh go internasional. Ditanya wartawan, apa kunci sukses dia? "Kalau mau sukses, mandi aja dulu. Karena sukses, peluang dan rezeki, kita tidak tahu kapan datangnya"...


1 komentar:

  1. Lengkap sekali resumenya.dan lebih mantap bila kata'saya' diganti dg 'beliau'
    Mungkin beberapa tidak teredit ya Bu?

    BalasHapus

NASI BERKAT

                                              Taliwang, 28  Februari 2021 NASI BERKAT Karya : Hj. Endah Ekowati, S.Pd                   ...