MENULIS SEBUAH EKSPEKTASI DIRI
Moderator : Aam Nurgasanah
Pemateri : Ibu Jamila K. Baderan, M.Pd.
Beliau adalah salah satu guru di SDN No.30 Kota Gorantalo, Provinsi Gorontalo.
Profil singkat saya: https://encikmila.blogspot.com/2020/11/profil.html
Salah satu bentuk pengembangan diri dan mengeksplore kompetensi kita adalah dengan cara bergabung dalam satu komunitas positif seperti WA Grup Belajar Menulis. Bukan tanpa alasan, tentunya setiap kita yang bergabung disini punya harapan yang ingin dicapai. Terkait dengan hal tersebut maka hal yang ingin saya share malam ini tentang : Mengubah Ekspektasi Menjadi Prestasi
Kata “ekspektasi” tentunya sudah sangat familiar di telinga kita. Setiap orang, setiap saat pasti memiliki ekspektasi terhadap berbagai hal yang di inginkan dalam hidup. Sebagai contoh, ekspektasi kita Ketika bergabung dalam grup ini adalah ingin menghasilkan sebuah karya berupa jejak literasi yang dapat dikenal dan dikenang meskipun kita sudah berkalang tanah. Sayangnya, ekspektasi kita tidak selalu sama dengan realita. Ekspektasi tak seindah kenyataan. Hal inilah yang kemudian menjadi inspirasi dalam tulisan buku ke-2 saya yang diterbitkan pada tahun 2019.
Dalam hal menulis, harapan terbesar kita adalah mampu merangkai kata-kata menjadi sebuah paragraf menarik yang terus berangkai menjadi bab demi bab hingga akhirnya menjadi sebuah buku. Sekilas, menulis adalah hal yang sangat mudah. Bukankah kita sudah sering menulis sejak kecil? Tetapi, ketika kemampuan menulis tersebut disandingkan dengan ekspektasi sebuah karya yang bernilai bagi orang lain muncullah masalah besar. Diantaranya :
1. Bagaimana memulai sebuah tulisan?
2. Apa ide/topik yang harus kita tulis?
3. Apakah tulisan saya menarik?, dls.
Mewujudkan ekspektasi memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi bagi para penulis pemula seperti beliau. Dalam prosesnya kita harus berjuang melawan semua hambatan yang datang baik dari diri sendiri mapun dari lingkungan sekitar.
Sebenarnya, tantangan menulis terbesar itu ada pada diri kita sendiri. Yaitu mood dan kemauan alias niat. Oleh karena itu untuk mengubah ekspektasi menjadi prestasi kita harus berubah. Ada 2 hal penting yang harus kita ubah, yaitu mindset dan passion. Mindset adalah cara pikir tentang sesuatu yang dapat mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Sementara passion adalah sesuatu yang membuat kita tidak pernah merasa bosan.Kedua hal ini di bahas secara detail dalam buku saya yang ketiga hasil kolaborasi bersama Prof. Eko Indrajit yang Alhamdulillah di terima dan diterbitkan oleh Penerbit Andi.
Pengalaman beliau dalam mewujudkan ekspektasi dalam menulis adalah berjuang membangun tekad dan keyakinan yang kuat untuk mencapai realitas. Terkadang neliau juga harus nekat mengambil keputusan yang jika dipikir dengan akal sehat pencapaiannya sangat mustahil. Untuk itulah beliau selalu berusaha konsisten terhadap ekspektasi yang susah payah beliau bangun. Pantang mundur jika kaki sudah melangkah.
Saat menerima tantangan Prof. Eko untuk menulis buku dalam seminggu, ada sejuta keraguan yang menyelimuti hati dan pikiran beliau. Berbagai pemikiran negatif menghantui, namun berkat kenekatan, dibarengi niat, tekad, serta konsistensi yang kuat akhirnya ekspektasi saya berubah menjadi sebuah prestasi. Saat Pak Joko mengumumkan bahwa tulisan beliau lolos tanpa revisi, saya seolah tak percaya. Tidak pernah menyangka bahwa tulisan yang menurut penilaian pribadi hanyalah tulisan biasa saja ternyata memiliki takdir luar biasa.
Syarat untuk menulis:
1. Tulislah apa yang ingin kita tulis.
2. Menulislah apa adanya, tanpa beban, dan tekanan.
3. Jadikan menulis sebagai suatu kebutuhan
4. Menulislah hingga tuntas, jangan memikirkan editing.
5. Menulis jangan terlalu lama.
6. Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita, karna yang akan menilai adalah pembaca
Kendala di awal kita menulis adalah bingung mencari ide. Tidak tahu apa yang akan kita tulis. Untuk mengatasinya, marilah kita mulai menuliskan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Mis: tentang hobi memasak, kegiatan sehari-hari, atau tingkah lucu anak-anak kita. Tuliskan apa saja yang terlintas dalam pikiran. tidak perlu kita memikirkan tata bahasa, ejaan dls. Setiap kalimat yang terlintas segera di tulis. biasanya menulis di HP. kadang saat tidak pegang HP, menuliskan di benda apa saja yang saya temui. Pernah saya nulisnya di telapak tangan, pernah juga di paha
Hal yang paling sulit untuk memenuhi ekspektasi menulis adalah ketika kita tidak punya hobi menulis. Kata orang hanya "Iseng-iseng" atau ikut-ikutan. Tidak masalah, jika kita tidak memiliki hobi, bukankah rasa iseng jika terus dilatih bisa menjadi suatu ketrampilan?
Beliau termasuk orang yang menulis tergantung mood. Ini sangat berat saya rasakan ketika menerima tantangan Prof. Eko. Rasanya bulan dan matahari berpindah tempat. Disaat seperti inilah saya menguatkan tekad dan niat saya untuk mencapai realitas. Jadi, menulis itu adalah sebuah perjuangan untuk melawan semua tantangan yang menggoyahkan niat. Hal yang menjadi fokus saya dalam menulis adalah kata TUNTAS. Jadi, menulislah hingga tuntas. Jangan sering menengok halaman yang sudah kita tulis, karena itu merupakan salah satu godaan yang membuat kita berpikir 1.000 kali tentang apa yang sudah kita tulis. kita akan berpikir untuk edit dan edit lagi. akhirnya tulisan kita tidak tuntas.
Tip yang beliau gunakan adalah tulis yang terlintas dalam pikiran . Kata-kata yang digunakan tidak harus kata-kata rumit. Gunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh orang lain.
Beliau sering terjebak kebuntuan bila menulis kemudian menilai ada gak manfaatnya bagi orang lain,layak ngga ditulis., Karena untuk sekarang baru bisa menulis what to write dan blm what is it for. Jd rasanya masih jauh panggang dr api ttg ekspektasi itu. Beban tentang baik buruknya tulisan kita. Cobalah menulis seperti yang sudah saya paparkan tadi. Menulis secara lepas dan bebas. Lepas dari beban terkait penilaian orang terhadap tulisan kita, sehingga kita bisa bebas mengekspresikan diri kita dalam tulisan.
Proses kreatif dilakukan dalam menghasilkan buku tidak terlepas dari kegiatan membaca. Jadi, menulis dan membaca ibarat dua sisi mata uang yang harus dimiliki oleh seorang penulis. Menulis tanpa pernah membaca akan pincang. Artinya tulisan kita kurang menarik. Menghasilkan buku dalam seminggu terdengar mustahil. Prosesnya jungkir balik, hingga siang dan malampun ikut terbalik Hal pertama yang awal adalah mencari menentukan judul dan kerangka tulisan. lalu berburu referensi sambil menyusun paragraf demi paragraf. Pokoknya tuntas dulu semua bab, terakhir sesi editing.
Di Jaman sekarang, publikasi sangat dipermudah karena ada begitu banyak jejaring sosial yang bisa kita manfaatkan. Disamping menawarkan door to door, kita bisa posting melalui WA, Instag, FB, Youtube, dll. jangan lupa buat flyer + kata-kata menarik dan foto ekslusif, seperti orang jualan gitu. Namanya juga menawarkan Yang penting harus jujur dan tidak ada kebohongan publik dalam iklan buku kita
Berbicara tentang potensi diri. Kembali lagi ke 2 hal yang harus kita ubah dalam hidup kita yaitu Mindset dan passion. saat keduanya seiring sejalan, dengan sendirinya kita akan happy enjoy dalam menulis. Mulailah dengan melihat apa saja yang ada di depan kita, lalu cobalah untuk mendeskripsikannya. Saat jemari kita mulai menulis, maka ide lain akan datang dengan sendirinya. Kuncinya adalah percaya diri. Setiap kita memiliki potensi, dan potensi kita perlu di asah agar menjadi kompetensi. Secara nasional, memang minat dan budaya baca kita masih rendah. Disinilah peran kita sebagai guru, orang tua, dan orang yang peduli dengan kependidikan untuk kembali membangun budaya membaca generasi kita yang selalu pasang surut. Membaca dan menulis adalah 2 hal yang tidak bisa dipisahkan. semakin suka membaca, maka semakin mudah menulis. Menjadikan menulis sebagai kebutuhan, artinya kita menjadikan membaca sebagai makanan kita.Agar kita bisa keluar dari zona tidak nyaman, menulislah seperti air mengalir. Maksudnya tulislah apa yang ingin kita tulis. Abaikan penilaian orang tentang tulisan kita. Biarkan tulisan tersebut selesai kita tulis secara tuntas, lalu biarkan orang lain menilai. Karena penilaian orang lain biasanya lebih baik dari kita. Yang beliau rasakan pernah saya alami. Saat menulis buku ke-3 saya adalah orang yang paling tidak percaya diri dengan tulisan saya. Tulisan berbeda dengan semua tulisan teman-teman. Dan beliau tidak tahu jenis tulisan, apalagi yang namanya gaya selingkung.
Punya ide, tapi bingung mau mulai menulis dari mana. Jangan bingung, mulai saja menulis dengan kata yang terlintas dalam pikiran. jangan memikirkan tulisan ini cocoknya di pendahuluan, atau di bab 1, dst. Tulis dan tulis saja setiap kita punya ide. saat kita benar-benar bingung dalam menulis, maka berhentilah menulis dan membacalah. Saat kita membaca, kita akan menemukan kembali ide yang terbang entah kemana. Saat ide itu muncul, jangan di tunda segeralah di tulis.
Membuat judul tulisan yang baik, sebenarnya sangat bergantung dari minat. Kita cenderung sukanya menulis di bidang apa. Kita suka menulis fiksi atau non fiksi. Untuk memilih judul tentunya kita perlu referensi terkait konten yang akan kita tulis. Kita bisa browsing di internet sambil melakukan inovasi untuk judul yang kita buat. semakin banyak referensi judul yang kita lihat maka akan semakin baik judul yang kita tulis. untuk referensi tipe-tipe judul, silahkan intip di sini https://marketingcraft.getcraft.com/id-articles/7-tipe-judul-artikel-untuk-meningkatkan-traffic-blog-anda
Alhamdulillah beliau selalu berucap syukur kepada Allah, karena tidak pernah menyangka ternyata bisa menulis seperti sekarang. sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. setiap keberhasilan saya tidak pernah merayakan secara wah, hanya tunduk sujud saja kepada sang khalik atas semua nikmat yang diberikan. Dalam hal ekspektasi menerbitkan buku tentu saja pernah merasakan yang tidak sesuai harapan. cara mengatasinya kembali kepada : bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, kesempurnaan hanyalah milik Dia. cara kita menularkan hobi menulis yang paling efektif adalah dengan bukti. Tunjukkan bahwa kita bisa berkarya, dan merekapun bisa seperti kita. tidak ada hal yang tidak bisa, dan tidak ada hal yang tidak mungkin.
Kesimpulannya :
Menulis merupakan suatu tantangan antara harapan dan kenyataan. Ekspektasi dalam menulis harus terus kita perjuangkan dengan niat, tekad, nekad dan konsisten. Realitas berupa prestasi adalah buah dari perjuangan. Maka berjuanglah menuntaskan karyamu, agar jejak yang ditinggal bermanfaat bagi generasi setelah kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar