Dari sebuah tempat nan jauh, tampak sebuah rumah sederhana. Bangunan rumahnya berupa bambu yang berdiri di atas tiang-tiang kayu. Sebuah desa yang indah, meskipun berjarak dengan waktu tempuh 2 jam lamanya perjalanan dari kota.
Tampak seorang anak lelaki berusia belasan tahun, mencorat coret dinding rumahnya. "Sur, bagus sekali gambar yang barusan kau buat itu." Seorang bapak paruh baya memuji coretan kanvas yang dibuat anak lelaki itu.
Suryadi, seorang anak
yang kreatif dan penuh ambisi untuk meraih mimpi dengan hobinya melukis.
Goresan-goresan kuas dia lakukan di dinding bambu rumahnya sehingga terlihat
hidup dan menyejukkan orang yang memandangnya. "Kenapa
kau memakai cat-cat yang bapak simpan, Sur?" tanya bapaknya.
Suryadi hanya tertunduk
lunglai tanpa berucap. Melengos dari hadapan bapaknya. Dia paham, meladeni
ucapan bapaknya itu hanya akan berakhir dengan adu mulut belaka. Dia sering bertengkar dengan
orang tuanya itu. Bapaknya bekerja sebagai kuli bangunan. Ia selalu meminta
sisa cat yang masih tersisa dari mengecat rumah orang. Ia simpan agar suatu
saat dapat digunakan kembali.Pemikiran
yang berbeda antara anak dengan bapak. Kadang mereka harus sedikit berdebat
tentang kelakuan anak lelakinya. Tapi setelah melihat hasil goresan Suryadi,
bapaknya merasa bangga juga.
Suatu hari, bapaknya
suryadi duduk di bawah pohon depan rumahnya. Tatapannya menghadap pada dinding
rumahnya. Ditemani secangkir kopi sambil menghirup cerutu yang baru dibakarnya.
Kepulan asapnya membumbung tinggi. Sang bapak memandangi hasil goresan tangan
Suryadi. Dalam batinnya, terucap dengan lembut sebuah doa yang tulus, semoga
hobi anaknya kelak bisa menghasilkan pundi-pundi uang yang bisa menghidupi
dirinya dan keluarganya.
Seminggu setelah kejadian
itu, dengan wajah yang berseri seri, tampak bapaknya Suryadi pulang dengan
membawa cat - cat bekas dan potongan triplek. "Suryadi,
coba kamu ke sini, Nak!" ucap sang bapak. Suryadi yang berada di dalam
rumah segera ke luar menghampiri."Ini bapak bawakan buatmu!" ucap
bapaknya sembari menyerahkan apa yang dibawanya itu.
"Iya, nak.
Melukislah sesukamu. Bapak mendukungmu.
" Terima kasih
bapak" sambil tangannya memeluk bapaknya sambil berbisik pelan " aku
sayang bapak " terharu dan tak tahan matanya berkaca- kaca.
Sejak itu Suryadi lebih giat melukis diatas triplek bekas pemberian bapaknya yang telah dia potong potong menjadi ukuran 20R dan 15R. Lukisan yang dia buat memiliki harga jual sehingga sering dia dipanggil untuk melukis dinding sekolah SD, SMP dan SMA dimana dia sekolah dalam rangka memperindah ruangan hal ini kadang dia harus tidur disekolah untuk menyelesaikan targetnya. Hobby ini yang kadang memaksa tugas sekolahnya terbengkelai sehingga nilainya kurang maksimal bahkan cenderung dibawah KKM. Dia belum bisa mengatur waktu antara sekolah dan hobbynya.
Suryadi
sebagai pelanggan tetap masuk ruang yang luas, indah dan dingin untuk menemui
guru BP/ BK. Hari ini dia dipanggil lagi karena tertidur dalam kelas saat
pelajaran matematika , dia tetap mendengarkan nada nada suara yang mengalun
alun dari ibu guru BP/BK dengan tertunduk malu dan berusaha merenungi
kesalahannya sambil terus berkata " siap ibu siap ibu" dengar jawaban
itu bu guru langsung jawab " kamu ini siap siap melulu tapi ngak pernah
kamu rubah kelakuanmu "suryadi membalas kata " janji ibu janji
ibu". Sejak
itu Suryadi mulai belajar dan menyelesaikan tugas tugas belajarnya.
Pagi hari mendung
menyelimuti awan desanya tanda hujan akan turun, Suryadi dan dua adik berangkat
sekolah dengan motor bututnya jalanan berbukit yang berliku-liku untuk menuju
desa sebelah tempat dia dan adik-2nya menuntut ilmu. Sampai di sekolah setelah
mengantar adik-2nya Suryadi dipanggil oleh Waka kesiswaan untuk mengikuti lomba
melukis di tingkat propinsi " Suryadi 3 hari lagi kita berangkat ke
Mataram ikut lomba lukis tingkat Propinsi mau ngak ? " dengan tersenyum
khasnya langsung jawab " mau dong
ibu siap " " temanya apa ibu ? " " ini baca sendiri
deh" kata bu guru.
Berbekal cat bekas dari
bapaknya dia mulai berlatih dan terus berlatih selama tiga hari. Bapak Suryadi
merasa senang anaknya ditunjuk mewakili sekolah untuk ikut lomba dalam hatinya
tersirat doa doa untuk keberhasilan Suryadi demikian ibu Suryadi tidak
henti-hentinya dia memberi motivasi dan nasehat “ Suryadi jika suatu saat kamu
tidak menang jangan kecewa, pasti semua ada hikmahnya jalani aja, nikmati dan
terus berjuang” kata Ibunya. “ iya buk , mohon doa dan restunya” kata Suryadi.
Hari Jumat Suryadi berangkat mengikuti lomba di provinsi
mengikuti lomba Lukis disana banyak peserta yang membuat Suryadi minder dan dag
dig bisa ngak saya yaa, mulai keraguan menyelimuti hati dan pikirannya. Hal ini
terlihat oleh guru pendampingnya “Suryadi santai jangan kamu jadikan beban
biasa saja dicoba dan terus dicoba “ kata guru pendamping untuk menguatkan. Dua
jam berlalu selesai sudah lomba tersebut tampak lega dan puas akhirnya Suryadi
bisa ketawa dan ceria kembali tanpa beban. Hasil akan kami umumkan dua hari
setelah ini kata panitia lomba., Suryadi puang lagi dengan terus berdoa semoga
lukisannya disukai Juri dan dapat memenangkan sebagai juara.
Seperti janji panitia
datanglah surat pemberian Hasil lomba lukis tingkat provinsi dan Suryadi dapat
Juara I , dia mendapat piagam penghargaan ,hadiah Uang dan kesempatan melaju
mengikuti lomba ketingkat Nasional tahun 2020. Pihak sekolah merasa bangga dan
memberi penghargaan disaat apel pagi. Tidak itu aja Sekolah membuat Spanduk
dengan photo dia menerima hadiah dipajang di depan halaman depan terpapang
nyata.
Seminggu setelah
pengumuman dia kembali berangkat ke Mataram untuk ikut lomba tingkat Nasional
dengan dua orang lainnya ( Juara 1,2,3) mereka melukis lagi dan hasilnya
dikirim ke Jakarta. Setelah selesai Suryadi langsung pulang kembali karena “
Hasil lomba akan diumumkan 4 bulan berikutnya “ kata Panitia
Tahun pelajaran 2019-2020
telah berakhir Suryadi lulus dari SMA Negeri 1 Sekongkang dan merupakan lulusan
pertama tanpa Ujian Nasional serta Lulusan saat masa Pandemi Virus Corona Covid
19 sehingga kita bertemu lagi sejak bulan Maret 2020 sampai sekarang.
Tahun pelajaran baru
2020-2021 sudah dimulai dan sudah berjalan sejak 18 Juli 2020 dengan
pembelajaran Daring melalui Micorosoft Teams hal ini membuat kita tidak tahu
bagaimana kabardan kondisi siswa masing
masing. Hal ini yang membuat kita merasa Rindu dengan sekolah yang biasa banyak
siswa berseragam abu-abu dan banyak canda tawa di sekolah.
Pada bulan Agustus keluarga
sekolah dikejutkan dengan kabar Bahagia yang bahwa Alumni SMAN 1 Sekongkang
yang bernama Suryadi mendapat Juara I tingkat Nasional Lomba lukis
Kolektif 2020, antara percaya dan tidak
percaya ternyata itu benar dan bukan sebuah Mimpi. Setelah mengecek kebenarannya ternyata ini
bukan sebuah Mimpi tapi sebuah kenyataan.
Suryadi mendapatkan
Piagam Penghargaan,Piala dan hadia uang sebesar 175 juta. Alhamdulilah. Inilah
hikmah dari Cat bekas yang dikumpulkan bapaknya.
Salam Hangat dari NTB
Hj. Endah Ekowati, S.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar