Kamis, 01 Oktober 2020

Cat Bekas Pembawa Harapan

Dari sebuah tempat nan jauh, tampak sebuah rumah sederhana. Bangunan rumahnya berupa bambu yang berdiri di atas tiang-tiang kayu. Sebuah desa yang indah, meskipun berjarak dengan waktu tempuh 2 jam lamanya perjalanan dari kota.

Tampak seorang anak lelaki berusia belasan tahun, mencorat coret dinding rumahnya.                             "Sur, bagus sekali gambar yang barusan kau buat itu."                                                                           Seorang bapak paruh baya memuji coretan kanvas yang dibuat anak lelaki itu.

Suryadi, seorang anak yang kreatif dan penuh ambisi untuk meraih mimpi dengan hobinya melukis. Goresan-goresan kuas dia lakukan di dinding bambu rumahnya sehingga terlihat hidup dan menyejukkan orang yang memandangnya. "Kenapa kau memakai cat-cat yang bapak simpan, Sur?" tanya bapaknya.

Suryadi hanya tertunduk lunglai tanpa berucap. Melengos dari hadapan bapaknya. Dia paham, meladeni ucapan bapaknya itu hanya akan berakhir dengan adu mulut belaka. Dia sering bertengkar dengan orang tuanya itu. Bapaknya bekerja sebagai kuli bangunan. Ia selalu meminta sisa cat yang masih tersisa dari mengecat rumah orang. Ia simpan agar suatu saat dapat digunakan kembali.Pemikiran yang berbeda antara anak dengan bapak. Kadang mereka harus sedikit berdebat tentang kelakuan anak lelakinya. Tapi setelah melihat hasil goresan Suryadi, bapaknya merasa bangga juga.

Suatu hari, bapaknya suryadi duduk di bawah pohon depan rumahnya. Tatapannya menghadap pada dinding rumahnya. Ditemani secangkir kopi sambil menghirup cerutu yang baru dibakarnya. Kepulan asapnya membumbung tinggi. Sang bapak memandangi hasil goresan tangan Suryadi. Dalam batinnya, terucap dengan lembut sebuah doa yang tulus, semoga hobi anaknya kelak bisa menghasilkan pundi-pundi uang yang bisa menghidupi dirinya dan keluarganya.

Seminggu setelah kejadian itu, dengan wajah yang berseri seri, tampak bapaknya Suryadi pulang dengan membawa cat - cat bekas dan potongan triplek. "Suryadi, coba kamu ke sini, Nak!" ucap sang bapak. Suryadi yang berada di dalam rumah segera ke luar menghampiri."Ini bapak bawakan buatmu!" ucap bapaknya sembari menyerahkan apa yang dibawanya itu.

 "Ini untuk aku, Pak?" ucap Suryadi setengah tak percaya dengan keadaan ini.

"Iya, nak. Melukislah sesukamu. Bapak mendukungmu.

" Terima kasih bapak" sambil tangannya memeluk bapaknya sambil berbisik pelan " aku sayang bapak " terharu dan tak tahan matanya berkaca- kaca.

Sejak itu Suryadi lebih giat melukis diatas triplek bekas pemberian bapaknya yang telah dia potong potong menjadi ukuran 20R dan 15R. Lukisan yang dia buat memiliki harga jual sehingga sering dia dipanggil untuk melukis dinding sekolah SD, SMP dan SMA dimana dia sekolah dalam rangka memperindah ruangan hal ini kadang dia harus tidur disekolah untuk menyelesaikan targetnya. Hobby ini yang kadang memaksa tugas sekolahnya terbengkelai sehingga nilainya kurang maksimal bahkan cenderung dibawah KKM. Dia belum bisa mengatur waktu antara sekolah dan hobbynya.         

Suryadi sebagai pelanggan tetap masuk ruang yang luas, indah dan dingin untuk menemui guru BP/ BK. Hari ini dia dipanggil lagi karena tertidur dalam kelas saat pelajaran matematika , dia tetap mendengarkan nada nada suara yang mengalun alun dari ibu guru BP/BK dengan tertunduk malu dan berusaha merenungi kesalahannya sambil terus berkata " siap ibu siap ibu" dengar jawaban itu bu guru langsung jawab " kamu ini siap siap melulu tapi ngak pernah kamu rubah kelakuanmu "suryadi membalas kata " janji ibu janji ibu". Sejak itu Suryadi mulai belajar dan menyelesaikan tugas tugas belajarnya.

Pagi hari mendung menyelimuti awan desanya tanda hujan akan turun, Suryadi dan dua adik berangkat sekolah dengan motor bututnya jalanan berbukit yang berliku-liku untuk menuju desa sebelah tempat dia dan adik-2nya menuntut ilmu. Sampai di sekolah setelah mengantar adik-2nya Suryadi dipanggil oleh Waka kesiswaan untuk mengikuti lomba melukis di tingkat propinsi " Suryadi 3 hari lagi kita berangkat ke Mataram ikut lomba lukis tingkat Propinsi mau ngak ? " dengan tersenyum khasnya  langsung jawab " mau dong ibu siap " " temanya apa ibu ? " " ini baca sendiri deh" kata bu guru.

Berbekal cat bekas dari bapaknya dia mulai berlatih dan terus berlatih selama tiga hari. Bapak Suryadi merasa senang anaknya ditunjuk mewakili sekolah untuk ikut lomba dalam hatinya tersirat doa doa untuk keberhasilan Suryadi demikian ibu Suryadi tidak henti-hentinya dia memberi motivasi dan nasehat “ Suryadi jika suatu saat kamu tidak menang jangan kecewa, pasti semua ada hikmahnya jalani aja, nikmati dan terus berjuang” kata Ibunya. “ iya buk , mohon doa dan restunya” kata Suryadi.

Hari Jumat  Suryadi berangkat mengikuti lomba di provinsi mengikuti lomba Lukis disana banyak peserta yang membuat Suryadi minder dan dag dig bisa ngak saya yaa, mulai keraguan menyelimuti hati dan pikirannya. Hal ini terlihat oleh guru pendampingnya “Suryadi santai jangan kamu jadikan beban biasa saja dicoba dan terus dicoba “ kata guru pendamping untuk menguatkan. Dua jam berlalu selesai sudah lomba tersebut tampak lega dan puas akhirnya Suryadi bisa ketawa dan ceria kembali tanpa beban. Hasil akan kami umumkan dua hari setelah ini kata panitia lomba., Suryadi puang lagi dengan terus berdoa semoga lukisannya disukai Juri dan dapat memenangkan sebagai juara.

Seperti janji panitia datanglah surat pemberian Hasil lomba lukis tingkat provinsi dan Suryadi dapat Juara I , dia mendapat piagam penghargaan ,hadiah Uang dan kesempatan melaju mengikuti lomba ketingkat Nasional tahun 2020. Pihak sekolah merasa bangga dan memberi penghargaan disaat apel pagi. Tidak itu aja Sekolah membuat Spanduk dengan photo dia menerima hadiah dipajang di depan halaman depan terpapang nyata.

Seminggu setelah pengumuman dia kembali berangkat ke Mataram untuk ikut lomba tingkat Nasional dengan dua orang lainnya ( Juara 1,2,3) mereka melukis lagi dan hasilnya dikirim ke Jakarta. Setelah selesai Suryadi langsung pulang kembali karena “ Hasil lomba akan diumumkan 4 bulan berikutnya “ kata Panitia

Tahun pelajaran 2019-2020 telah berakhir Suryadi lulus dari SMA Negeri 1 Sekongkang dan merupakan lulusan pertama tanpa Ujian Nasional serta Lulusan saat masa Pandemi Virus Corona Covid 19 sehingga kita bertemu lagi sejak bulan Maret 2020 sampai sekarang.

Tahun pelajaran baru 2020-2021 sudah dimulai dan sudah berjalan sejak 18 Juli 2020 dengan pembelajaran Daring melalui Micorosoft Teams hal ini membuat kita tidak tahu bagaimana kabardan kondisi siswa  masing masing. Hal ini yang membuat kita merasa Rindu dengan sekolah yang biasa banyak siswa berseragam abu-abu dan banyak canda tawa di sekolah.

Pada bulan Agustus keluarga sekolah dikejutkan dengan kabar Bahagia yang bahwa Alumni SMAN 1 Sekongkang yang bernama Suryadi mendapat Juara I tingkat Nasional Lomba lukis Kolektif  2020, antara percaya dan tidak percaya ternyata itu benar dan bukan sebuah Mimpi.  Setelah mengecek kebenarannya ternyata ini bukan sebuah Mimpi tapi sebuah kenyataan.

Suryadi mendapatkan Piagam Penghargaan,Piala dan hadia uang sebesar 175 juta. Alhamdulilah. Inilah hikmah dari Cat bekas yang dikumpulkan bapaknya.

Salam Hangat dari NTB 

Hj. Endah Ekowati, S.Pd 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NASI BERKAT

                                              Taliwang, 28  Februari 2021 NASI BERKAT Karya : Hj. Endah Ekowati, S.Pd                   ...